Permainan Tradisional Sulawesi Tengah: Warisan Budaya yang Sarat Makna

Sulawesi Tengah, provinsi yang terletak di jantung Pulau Sulawesi, menyimpan kekayaan budaya yang luar biasa, salah satunya adalah ragam permainan tradisional yang diwariskan turun-temurun.
Permainan ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga cerminan nilai-nilai sosial, edukasi, dan kreativitas masyarakat lokal.
Di tengah arus modernisasi dan gempuran teknologi digital, permainan tradisional Sulawesi Tengah menjadi warisan budaya yang patut dijaga dan dikenalkan kembali kepada generasi muda.
Ragam Permainan Tradisional Sulawesi Tengah

Beragam permainan tradisional tumbuh dan berkembang di berbagai suku dan daerah di Sulawesi Tengah.
Setiap permainan memiliki ciri khas, aturan, serta filosofi yang berbeda-beda. Berikut beberapa permainan tradisional yang masih dikenal dan dimainkan hingga kini:
1. Gasi (Gasing)
Gasi, yang dalam bahasa Kaili berarti “cepat”, adalah permainan memutar gasing yang terbuat dari kayu. Gasing diputar menggunakan tali dan harus berputar seimbang pada porosnya.
Keunikan permainan ini terletak pada teknik memutar dan ketahanan gasing untuk tetap berdiri tegak selama mungkin.
Gasi tidak hanya mengasah keterampilan motorik, tetapi juga melatih konsentrasi dan ketelitian anak-anak.
2. Nobangan (Lempar Kemiri)
Nobangan adalah permainan melempar kemiri ke dalam sebuah lingkaran kecil yang digambar di tanah.
Permainan ini tidak memerlukan lapangan khusus, cukup di halaman rumah atau tanah lapang.
Setiap pemain melempar kemiri dari jarak tertentu, dan kemiri yang berhasil keluar dari lingkaran menjadi milik pelemparnya. Permainan ini mengajarkan ketepatan, strategi, serta sportivitas.
3. Nogarata (Permainan Batu dalam Lubang)
Nogarata, atau dikenal juga dengan nama galasa, adalah permainan memindahkan batu atau biji jagung ke dalam lubang-lubang yang terdapat pada papan kayu.
Permainan ini mirip dengan congklak di daerah lain. Selain menghibur, nogarata juga mengasah kemampuan berhitung dan strategi, sehingga sangat baik untuk perkembangan kognitif anak.
4. Nojapi-japi (Sapi-sapian)
Nojapi-japi adalah permainan yang menggunakan pelepah kelapa, tali, dan tempurung kelapa untuk membuat “sapi-sapian”.
Dua sapi-sapian diadu, dan pemenangnya adalah yang tidak putus tali atau tanduknya. Permainan ini melatih kreativitas anak dalam membuat mainan dari bahan alami, sekaligus menumbuhkan semangat kompetisi yang sehat.
5. Tilako (Egrang Bambu)
Tilako merupakan permainan berjalan menggunakan egrang dari bambu. Anak-anak berlomba berjalan di atas dua batang bambu panjang yang diberi pijakan kaki.
Selain melatih keseimbangan dan keberanian, tilako juga menanamkan nilai kebersamaan karena sering dimainkan secara berkelompok atau dalam bentuk perlombaan.
6. Molega Banga (Bermain Banga)
Permainan banga berasal dari masyarakat Pamona, dimainkan dengan buah kemiri kering yang dilempar ke dalam lingkaran di tanah. Permainan ini mirip dengan kelereng, namun menggunakan kemiri sebagai gacu.
Anak-anak yang berhasil mengeluarkan kemiri dari lingkaran akan meneriakkan kata “Banga” sebagai tanda kemenangan. Selain menyenangkan, permainan ini juga mengajarkan kerja sama dan sportivitas.
7. Permainan Lain: Motalamiri, Mogonde, Pondo, dan Mowinti
Selain permainan di atas, terdapat pula motalamiri, mogonde, pondo, dan mowinti yang disebutkan dalam catatan sejarah dan buku etnografi.
Permainan ini diciptakan anak-anak dengan meniru aktivitas orang dewasa, seperti berburu, bertani, atau bekerja di ladang. Hal ini menunjukkan bagaimana permainan tradisional menjadi sarana belajar sosial dan budaya bagi anak-anak.
Nilai Edukasi dan Sosial dalam Permainan Tradisional
Permainan tradisional Sulawesi Tengah tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai mainan edukasi yang sarat nilai.
Melalui permainan, anak-anak belajar tentang sportivitas, kerja sama, kejujuran, serta keterampilan fisik dan mental.
Festival permainan rakyat yang rutin diadakan di Palu, misalnya, bertujuan mengenalkan kembali ragam permainan tradisional kepada generasi muda dan menanamkan rasa cinta terhadap warisan budaya daerah.
Permainan seperti tilako dan nojapi-japi mengajarkan pentingnya keseimbangan, keberanian, dan kreativitas.
Sementara nogarata dan molega banga mengasah kemampuan berhitung, strategi, serta ketelitian. Permainan-permainan ini juga mempererat hubungan sosial antar anak, keluarga, dan masyarakat.
Upaya Pelestarian di Era Digital
Kemajuan teknologi dan maraknya permainan digital membuat permainan tradisional semakin jarang dimainkan.
Anak-anak kini lebih akrab dengan gawai dan gim daring, sehingga banyak permainan tradisional yang mulai dilupakan.
Untuk itu, berbagai pihak di Sulawesi Tengah, seperti Balai Pelestarian Kebudayaan dan universitas, aktif mengadakan festival, lomba, dan edukasi permainan tradisional di sekolah-sekolah.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan melestarikan budaya, tetapi juga membangun karakter generasi muda agar tetap menghargai nilai-nilai lokal di tengah arus globalisasi.
Dengan memperkenalkan kembali permainan tradisional, diharapkan anak-anak dapat menyeimbangkan antara kecanggihan teknologi dan kearifan lokal.
Kesimpulan
Permainan tradisional Sulawesi Tengah adalah bagian penting dari identitas dan warisan budaya daerah. Setiap permainan mengandung nilai-nilai edukatif, sosial, dan budaya yang relevan hingga kini.
Di tengah tantangan zaman modern, upaya pelestarian dan pengenalan kembali permainan tradisional menjadi sangat penting agar generasi muda tidak kehilangan akar budayanya.
Melalui permainan, anak-anak tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga belajar menjadi pribadi yang kreatif, sportif, dan berkarakter.