Self-Care Bukan Egois: Menemukan Keseimbangan sebagai Ibu Anak ADHD

Menjadi ibu dari anak dengan kebutuhan khusus adalah perjalanan yang penuh tantangan, terutama saat anak didiagnosis dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder. ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak dalam berkonsentrasi, mengontrol impuls, dan mengelola energi.
Peran ibu menjadi sangat krusial dalam membantu anak menjalani aktivitas sehari-hari dengan penuh pengertian dan strategi yang tepat. Namun, di tengah semua itu, banyak ibu yang lupa bahwa dirinya juga perlu diperhatikan.
Merawat Diri adalah Bagian dari Merawat Anak

Self-care bukan tindakan egois, melainkan kebutuhan penting. Seorang ibu tidak bisa menuangkan air ke dalam gelas orang lain jika wadahnya sendiri kosong. Dalam konteks ini, merawat diri berarti memastikan ibu tetap sehat secara fisik dan mental agar bisa menjalankan perannya secara optimal.
Bentuk self-care tidak harus mahal atau mewah. Waktu 10–15 menit untuk duduk tenang, menikmati teh hangat, atau sekadar menarik napas panjang bisa memberikan kelegaan luar biasa.
Banyak ibu dari anak dengan ADHD merasa bahwa mereka harus selalu hadir 100 persen, tanpa jeda. Namun, justru dengan mengambil waktu untuk diri sendiri, ibu akan memiliki energi lebih untuk mendampingi anak dengan lebih sabar dan penuh kasih.
Anak-anak pun dapat merasakan perbedaan ketika ibunya hadir dengan kondisi mental yang stabil dan tidak kelelahan. Merawat diri bukan tentang memprioritaskan diri di atas anak, tapi tentang menciptakan keseimbangan agar bisa menjadi pendamping yang kuat dan tangguh.
Tekanan Sosial dan Rasa Bersalah yang Harus Dilawan

Dalam budaya yang sering menuntut kesempurnaan dari seorang ibu, rasa bersalah adalah hal yang umum dirasakan ketika seorang ibu memutuskan untuk beristirahat sejenak. Masyarakat kerap memberikan standar tidak tertulis bahwa ibu yang baik adalah yang selalu tersedia, tidak pernah lelah, dan tidak mengeluh. Apalagi jika anak memiliki kebutuhan khusus, seperti ADHD pada anak, beban moral dan ekspektasi itu bisa terasa berlipat ganda.
Padahal, merasa lelah bukanlah tanda kelemahan. Mengakui bahwa kita butuh bantuan bukan berarti menyerah. Justru, itu adalah bentuk keberanian dan kesadaran diri yang sehat.
Ibu perlu belajar untuk bersikap lembut pada dirinya sendiri, tidak terus-menerus menyalahkan diri atas segala hal yang mungkin tidak berjalan sempurna. Penting juga untuk menyaring komentar dari luar dan hanya menyerap masukan yang membangun. Ibu harus tahu bahwa ia berhak mengambil ruang untuk dirinya sendiri tanpa merasa bersalah.
Membangun Dukungan dan Memberi Contoh yang Sehat untuk Anak

Menjalani hari-hari mendampingi anak dengan ADHD membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan pengetahuan. Tidak semua ibu mampu menjalani ini sendirian.
Maka dari itu, membangun sistem dukungan sangat penting. Bisa berupa pasangan, keluarga, teman, atau komunitas sesama orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Berbagi cerita dan pengalaman bisa menjadi sumber kekuatan dan mengurangi rasa terasing.
Lebih dari itu, ketika seorang ibu mempraktikkan self-care, ia juga sedang memberi contoh langsung kepada anak bahwa mencintai diri sendiri adalah hal yang sehat. Anak belajar bahwa menjaga kesehatan mental dan fisik adalah bagian dari kehidupan yang wajar dan penting.
Ini akan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih sadar akan kebutuhan emosional mereka sendiri, sesuatu yang sangat dibutuhkan terutama bagi anak dengan ADHD.
Ibu adalah pusat dari banyak hal dalam keluarga. Tapi itu tidak berarti ia harus mengorbankan dirinya sepenuhnya. Menjadi ibu dari anak dengan ADHD adalah perjalanan yang penuh dinamika, namun bukan berarti ibu tidak boleh berhenti sejenak untuk bernafas.
Dengan self-care, ibu bukan hanya menjaga dirinya tetap utuh, tetapi juga sedang menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan stabil untuk anaknya tumbuh. Jadi, ingatlah: self-care bukan egois—itu adalah bentuk cinta yang paling tulus, untuk diri sendiri dan untuk anak.